Bangga! Alumni Unair Juara 1 Internasional lewat Inovasi Energi Hijau dari Limbah Sawit

Bangga! Alumni Unair Juara 1 Internasional lewat Inovasi Energi Hijau dari Limbah Sawit © mili.id

Aidatul Fitriyah, alumnus UNAIR yang sukses raih juara pertama best paper dalam International Journal of Oil Palm (IJOP) Paper Competition 2025

Surabaya,mili.id - Alumni Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (Unair) kembali menorehkan prestasi membanggakan di kancah internasional. Aidatul Fitriyah, lulusan Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris, berhasil meraih juara pertama best paper dalam International Journal of Oil Palm (IJOP) Paper Competition 2025. Kompetisi ini diselenggarakan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP Sawit) bekerja sama dengan Masyarakat Perkelapa-sawitan Indonesia (MAKSI).

Kompetisi ini berlangsung secara hybrid di IPB dan diikuti oleh lebih dari 115 peserta dari berbagai negara, termasuk Indonesia, Sri Lanka, dan kawasan Afrika Timur. Dari seluruh pendaftar, hanya sembilan paper terbaik yang terpilih untuk dipresentasikan dalam forum konferensi internasional pada Sabtu (25/10/2025). Di antara sembilan peserta, riset Afriya berhasil menempati posisi tertinggi dan dinobatkan sebagai juara satu Best Paper.

Baca juga: Bengkel Fisika Unair Terbakar

Dukung Target Net-Zero Emission Indonesia

Dalam hal ini, Afriya mengusung riset Zero-Waste Palm Oil Biorefinery System for Sustainable Aviation Fuel (SAF) Production.” Penelitian tersebut membahas rancang bangun dan analisis kelayakan teknis, ekonomi, serta lingkungan dari sistem biorefinery kelapa sawit terintegrasi berbasis zero-waste. Sistem ini memproduksi bahan bakar pesawat berkelanjutan (Sustainable Aviation Fuel atau SAF) sekaligus menghasilkan produk turunan bernilai tambah seperti biochar, bioplastik, dan biofertilizer.

“Tujuan utamanya mengubah limbah industri sawit menjadi energi bersih sekaligus menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 72,4 persen. Hal ini sejalan target net-zero emission Indonesia dan standar internasional seperti CORSIA serta RED II,” jelas Afriya.

Ia menuturkan, riset ini dilakukan melalui serangkaian tahapan sistematis. Proses diawali dengan pengumpulan data sekunder dari lembaga seperti IEA, IRENA, BPS, ESDM, dan World Bank. Tahap berikutnya adalah pemodelan proses menggunakan Aspen Plus V14 untuk mensimulasikan konversi limbah sawit menjadi SAF dan produk turunannya. Analisis lingkungan juga dilakukan dengan pendekatan Life Cycle Assessment (LCA), sementara analisis finansial dilakukan untuk menilai kelayakan investasi melalui parameter NPV, IRR, dan Payback Period.

Baca juga: Pernyataan Sikap Unair: Minta Pemerintah Evaluasi Menyeluruh dan Serukan Aksi Damai

“Dari riset ini, pelajaran pentingnya adalah kesabaran metodologis dan ketelitian sistemik. Menggabungkan rekayasa proses, ekonomi, dan kebijakan publik dalam satu model mengajarkan saya bahwa sains tidak hanya hidup di laboratorium, tetapi harus berpijak pada realitas industri dan kebijakan publik,” ujarnya.

Buktikan Konsistensi Tekuni Riset

Lebih lanjut, Afriya berharap hasil penelitiannya dapat menjadi blueprint nasional dalam transformasi industri kelapa sawit menuju ekosistem energi hijau dan ekonomi sirkular. Ia juga berharap model ini dapat menjadi acuan bagi pembangunan pilot plant biorefinery di Sumatra dan Kalimantan, serta mendukung kebijakan Sustainable Aviation Fuel (SAF) blending mandate di sektor penerbangan.

Baca juga: Khofifah Kembali Pimpin IKA UNAIR, Berikut Sederet Gebrakan yang Akan Dilakukan

Pada akhir, Afriya lantas menyebut bahwa capaian ini bukan sekadar penghargaan akademik, melainkan validasi atas konsistensi dan ketekunan dalam riset lintas-disiplin.

“Kemenangan ini membuktikan bahwa riset berbasis data dan pendekatan sistemik dari Indonesia mampu bersaing di tingkat internasional. Lebih dari itu, riset harus mampu diterjemahkan menjadi solusi konkret bagi transisi energi dan keberlanjutan industri,” pungkas Afriya.

Editor : Muhammad



Berita Terkait